Anyeong.. in this blog all about FF Yunjae. And please visit to my another blog about KPOP cassie9095.blogspot.com ... Thangkyou...
RSS

Minggu, 15 September 2013

[FF-YunJae]PG-NC/Yaoi/MISSING LOVE/Chapter 6 ~Ending



Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 6 of 6 and Epilog


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

Ok, Happy reading all. . .


####

“Kau bisa pergi setelah kau merasa lebih baik,” kata Yunho seraya membantu Jaejoong meletakkan  secangkir kopi yang baru diminumnya ke nakas. Jaejoong bersandar di tempat tidur Yunho setelah ia siuman beberapa saat yang lalu. Ia lalu duduk di pinggiran tempat tidur – menyampingi Jaejoong.

Jujur saja, Yunho tak bermaksud berkata seperti mengusir pada Jaejoong. Ia senang ahirnya dapat bertemu dan melepas rindumya kepada Jaejoong. Ia dapat memeluk lagi pria cantik yang dicintainya tersebut. Hanya saja, Yunho masih dibayang-bayangi oleh ketakutannya.

Ia jadi tak berharap banyak kepada Jaejoong. Ia juga tak mau merasakan kembali ditinggalkan oleh orang yang ia cintai jika ia terlalu memaksakan perasaanya.

Grep~

Yunho agak tersentak. Sepasang lengan tiba-tiba memeluk pingganya. Ia marasakan punggungnya menghangat dan sesuatu seperti bersandar disana. Siapa lagi jika bukan Jaejoong yang memeluknya dari belakang begini.

“Aku akan mengikuti kemanapun kau pergi,” celetuk Jaejoong. Membuat hati Yunho seperti berlonjak girang, namun sesaat saja. Pria tampan ini berusaha tak terlalu larut dengan persaanya, ia harus realistis mulai sekarang.

“Apa kau ini paparazi? Dan aku bukan artis,” ujar Yunho dengan dingin.

“Aku tahu, tapi aku tetap akan mengikutimu, Jung Yunho. Aku akan menjadi stalker-mu atau bila perlu aku akan menjadi sasaeng fans untukmu.”

Yunho melepaskan pelukan Jaejoong di pinggangnya. Ia lalu memutar tubuhnya – melihat pada Jaejoong. Ucapan Jaejoong barusan, tidak dapat Yunho anggap sepele.

“Jangan bermain-main dengan ucapanmu, Kim Jaejoong.” Yunho melihat serius pada Jaejoong.

“Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku.” Jaejoong balas melihat serius pada Yunho.

Yunho tertawa meremehkan. “Aku, tidak akan menghancurkan diriku lagi hanya karena dirimu, Kim Jaejoong.” Yunho lalu berkata sebari mengacungkan telunjuk tepat pada wajah Jaejoong. Demi Tuhan, hati Yunho sedang memberontak. Ia tega berkata kejam pada orang ia cintai, hanya demi rasionalitas yang teguh dipegangnya? So, damn it.

Yunho menggunakan rasionalitasnya untuk melarikan diri dari rasa takut yang membelenggunya. Yang seharusnya tak perlu untuk keadaan seperti ini. Memang ia tak terluka, tapi ia melukai Jaejoong.

Jaejoong pun agak tersentak. Mata indahnya mulai terasa menghangat dan nyaris meneteskan airmata. Ia lalu memukul bahu Yunho agak keras.

“JUSTRU KAU YANG MEMBUATMU HANCUR, JUNG YUNHO!” teriak Jaejoong, dengan airmata yang tak terelakkan lagi.

Dan berbalik membuat Yunho tersentak.

“Kau tak pernah membiarkanku lepas darimu. Kau selalu mengawasiku setiap saat! Bahkan, kau tak membiarkanku memikirkan oranglain selain dirimu. Aku membencimu, Jung Yunho. AKU MEMBENCIMU!” Kali ini Jaejoong berteriak dengan histeris. Ia terus menarik kemeja yang dikenakan Yunho.

Yunho yang sebenarnya sudah hancur, semakin hancur saja. Airmata, pada ahirnya tak dapat Yunho hindari juga. Perlahan kedua tangan kekarnya terulur untuk menyentuh pundak Jaejoong.

“Aku menderita selama ini. Semakin aku ingin meninggalkan semua tentangmu, justru aku sendiri yang tidak mau kau meninggalkanku. Saat itu rasanya aku ingin mati karena merindukanmu, tapi aku tak dapat memelukmu. Aku memang bodoh tidak peka dengan perasaanku sendiri. Aku mencintaimu, Jung Yunho. AKU MENCINTAIMU!” kembali Jaejoong berteriak histeris.

Rasonalitas yang selama beberapa waktu memenangi atas kontrol diri Yunho, runtuh saat itu juga. Tanpa banyak yang dipertimbangkan lagi, Yunho langsung saja memeluka erat Jaejoong yang menangis di dadanya.

Dihianati, dibohongi, ditinggalkan. Persetan dengan semua itu. Yunho yakin Jaejoong mengatakan yang sebenarnya – dari hati terdalamnya. Ia tidak melihat kebahagiaan di mata Jaejoong. Ucapan Bibi Jang tadi pagi sebelum ia menuju restoran, tentang Jaejoong yang selalu berkunjung dan menanyakan tentang Yunho selama setahun tanpa lelah. Yunho jadi semakin yakin Jaejoong tulus mencintainya. Ia tak perlu goyah lagi oleh pikiran-pikiran negatif dan ketakutan bodoh yang tak perlu.

Chu~

Yunho mencium bibir Jaejoong dengan lembut namun dalam, dan tanpa nafsu disana. Jaejoong memejamkan mata, mencoba menikmati dan sesekali membalas perlakuan mesra Yunho.

Seperti ada sihir yang menyatukan kembali kepingan-kepingan hati Jaejoong yang sempat hancur berantakan. Ia pun kembali tenang dan jiwanya terasa menghangat. Sangat nyaman. Yeah, seperti ini yang hati kecilnya inginkan. Kebahagiaan yang berasal dari seorang Jung Yunho, bukan yang lain.

# # # # #  

Epilog

LA, Amerika 1 bulan kemudian

Jaejoong mengambil tangan Yunho, lalu menggenggam dan agak meremasnya dengan lembut. Yunho yang sepanjang perjalanan menggunakan mobil hanya terus menatap ke depan, jadi menoleh ke samping melihat pada Jaejoong. Jaejoong balas tersenyum padanya.

“Jangan gugup, Yunnie,” kata Jaejoong pada Yunho, yang duduk di sebelahnya di bangku belakang mobil. Dengan panggilan kesayangannya untuk Yunho.

 Yeah, bisa bilang hubungan YunJae kini semakin dekat dan mesra. Tidak ada lagi keraguan Jaejoong baik tentang perasaanya kepada Yunho ataupun cinta Yunho kepada Jaejoong. Perlahan kesehatan psikologis Yunho pun membaik. Tentu saja hal tidak lepas dari perhatian dan pengertian yang selalu Jaejoong berikan pada Yunho. Serta ketlatenan dan kesabaran Jaejoong untuk menemani Yunho ‘berobat’ kepada ahlinya. Demi Yunho agar dapat beradaptasi kembali dengan realitas sosialnya, Jaejoong tidak akan menyerah membantu pria yang dicintainya itu.

“Tidak bisakah kunjungan ini ditunda, Boo?” tanya Yunho, juga dengan panggilan kesayangannya pada Jaejoong.

“Kalau kau ingin kita menikah secepatnya, kita harus bertemu dengan Eomma-ku dulu. Dia harus tahu kalau putranya yang cantik ini akan menikah,” balas Jaejoong. Ia tersenyum sangat manis.

Chu~

Jaejoong mengecup singkat bibir Yunho.

“Apakah perasaanmu sudah lebih baik?” tanya Jaejoong.

Yunho menggeleng ditemani sebuah seringaian yang tersungging di sudut bibir mungilnya.

Chu~

Mata indah Jaejoong melebar. Ia reflek meremas kemeja bagian pinggang Yunho. Ia sedikit melirik pada sopir taxi yang tengah mereka berdua tumpangi sekarang. Wajah putihnya berubah merah padam dalam sekejap. Bagimana tidak, Yunho mendadak menciumnya dengan dalam dan basah. Tidak sadarkah Yunho jika mereka bukan sedang berduaan? Oh, dasar pervert bear.

Jaejoong melihat sopir tersebut sempat melirik pada mereka, meski sekilas namun mampu membuat Jaejoong ingin ditelan bumi  karena sangat malu.

# # # # #

“Jaejoongie…”

“Jaejoong hyung!”

Ibu Jaejoong dan Junsu langsung saja menghabur memeluk Jaejoong yang baru saja menginjakkan kaki di rumah mereka. Jaejoong tersenyum sambil melirik pada Yunho yang nampak gugup di sebelahnya.

“Aku merindukanmu, Eomma, Junsu-ah,” ujar Jaejoong. Ia lalu balas memeluk dua orang yang dicintainya setelah Yunho.

“Kami lebih merindukanmu, Jongie,” balas ibu Jaejoong. Ketiganya masih saling memeluk begini dalam beberapa saat. Dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hanya airmata bahagia yang mewakili perasaan hati ketiganya. Terlebih ibu Jaejoong yang selama setahun lebih selalu mengkhawatirkan  Jaejoong, setelah terahir kali Jaejoong mengabarkan jika Yunho pindah ke Jepang. Tapi beberapa waktu yang lalu tiba-tiba Jaejoong mengabarinya kalau ia akan ke Amerika bersama Yunho. Ia benar-benar bersyukur, ahirnya Jaejoong berhasil mendapatkan kembali kebahagiaannya.

“Kau, Jung Yunho?” tanya Ibu Yunho kemudian. Setelah menyudahi momen melepas rindu mereka.

“N-ne. Annyeong, Ahjumma.” Yunho yang sedikit melamun, jadi tergagap. Ia membungkukkan badan pada ibu Jaejoong dengan terburu-terburu.

Junsu tertawa kecil melihat Yunho tertangkap basah tengah melamun. Yunho menggaruk belakang kepalanya, jujur saja ia sangat malu.

“Eomma, aku sudah sele – “ ucap seseorang yang baru muncul dari dalam kamar rumah ini. Yang langsung menyita perhatian YunJae, Junsu dan ibunya.

Mata musang Yunho melebar begitu melihat orang tersebut. Ia mengepalkan tangannya karena mendadak emosinya menyeruak. Jelas saja, karena orang tersebut adalah Park Yoochun. Dan Yunho tidak akan membiarkan Yoochun mengambil Jaejoong lagi dari sisinya.

Jaejoong cepat menyadari emosi yang terjadi. Pria cantik ini segera memeluk lengan Yunho sebelum  Yunho dikendalikan emosinya. Ia melihat – seperti memberi kode pada Junsu. Dengan cepat Junsu dapat mengerti maksud hyung-nya.

Junsu berjalan mendekati Yoochun. Ia lalu memeluk salah satu lengan Yoochun.

“Park Yoochun adalah suamiku sekarang,” Junsu melihat pada Yunho dan tersenyum.

Yunho mengendurkan kepalannya perlahan.

“Park Yoochun adalah adik iparku sekarang. Tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi. Aku juga tidak berminat menjadi milik orang lain selain dirimu, beruang mesum.” Jaejoong agak berbisik di telinga Yunho.

Yunho menoleh padanya. Perlahan Yunho mengukir senyuman manis di bibir mungilnya. Dalam sekejap, emosinya pun lenyap.Yeah, jika benar seperti itu, ia tidak akan khawatir lagi.

“Tapi jika kau membuat kakak iparku menangis lagi, aku akan mengambilnya dari sisimu. Dan mungkin aku tidak akan segan untuk membunuhmu, Jung Yunho,” kata Yoochun, namun dengan tersenyum pada Yunho.

Yunho terkekeh. Ia tahu Yoochun tidak benar-benar serius dengan ucapannya. Sekedar mengingatkan untuk mengigatkan dirinya agar memperlakukan Jaejoong dengan lebih baik, itu saja.

# # # # #

Dalam setahun kebelakang, memang begitu banyak hal terjadi tanpa terduga dalam hidup YunJae dan orang-orang yang dekat dengan mereka. Yang telah terjadi, telah mendidik dan mengubah hidup mereka semua menjadi lebih baik. Salah satunya adalah Yunho dan Yoochun, keduanya memutuskan untuk mengahiri permusuhan diantara mereka. Dan menjadi keluarga besar sebagaimana mestinya.

Tak ada lagi hal untuk mereka perebutkan. Yoochun telah dapat menerima jika perasaan Jaejoong bukan untuknya lagi, meski itu berat sekali diawal-awal. Yoochun sangat bersyukur memiliki Junsu disisinya. Yang tak pernah menyerah, dengan cinta dan kesabarannya membantu Yoochun melepaskan perasaanya kepada Jaejoong, dan membuka hatinya untuk orang lain. Dan tiga bulan yang lalu ahirnya Yoochun resmi menikahi Junsu.

“Makanlah, ayo makan. Jangan biarkan perut kalian meraung-raung. Yunho-ah, makanlah yang banyak,” ujar ibu Jaejoong – menyuruh kepada anak-anaknya untuk segera makan sebari menaruh daging di mangkuk Yunho.

Mata musang Yunho seolah tak melepaskan sosok Nyonya Kim. Ia menaruh satu tangannya yang memegang sumpit di meja sambil terus mengamati setiap gerak-gerik calon mertuanya tersebuk yang sibuk membagikan satu-persatu menu makanan ke mangkuk anak-anaknya.

Tes~

Yunho tanpa terasa meneteskan airmatanya. Secara kebetulan ibu Jaejoong melihat hal tersebut, langsung saja melihat serius pada Yunho.

“Yunho-ah, kau kenapa?” tanya ibu Jaejoong terdengar seperti khawatir. Membuat Yunho semakin tak dapat mengendalikan airmatanya. Pria tampan tersebut lantas menundukkan kepalanya.

Junsu, Yoochun dan Jaejoong jadi ikut melihat padanya. Jaejoong yang duduk di sebelah Yunho lantas membelai lembut belakang kepala Yunho. Bermaksud menenangkan kekasihnya tersebut.

“Yunnie…” lirih Jaejoong. Secara tidak langsung ia juga sedang menanyai Yunho kenapa pria tampan ini menangis. Ia pun juga merasakan khawatir pada Yunho, seperti ibunya.

“Aku… aku merindukan eommaku. Dulu dia sering menaruh banyak makanan ke mangkukku seperti ini saat aku tidak nafsu makan. Aku benar-benar merindukannya,” tutur Yunho. Tak lagi diam-diam dalam menangis. Ia bahkan membairkan saja airmata mengalir deras membasahi pipinya.

Ibu Jaejoong merasa terharu, ia pun meneteskan airmata juga. Ia semakin yakin yang dikatakan Jaejoong setahun yang lalu itu benar. Yunho bukan orang yang jahat ataupun kejam, justru sebaliknya. Yunho adalah pria yang rapuh di dalam karena kekurangan cinta dari orang-orang terdekatnya. Ia hanya perindu cinta yang  menginginkan Jaejoong untuk memberinya cinta tersebut. Hanya caranya saja mungkin kurang tepat.

Ibu Jaejoong lalu meraih tangan Yunho yang tersimpan di meja dari tadi. Ia memegangnya, dan satu tangannya menepuk-nepuk kecil tangan Yunho tersebut..

Yuno pun kembali menegakkan kepalanya – melihat pada ibu Jaejoong.

“Yunho-ah, kalau kau meridukan eomma-mu, datanglah padaku. Aku juga Eomma-mu, aku akan berusaha menjadi Eomma yang selalu membuatmu merasa aman dan nyaman,” ujar ibu Jaejoong, membuat sekujur tubuh Yunho berdesir hangat. Yunho bahkan jadi tak malu menunjukkan tangisannya yang sesungguhnya – menujukkan kerapuhan yang sebenarnya (yang selama ini hanya ditunjukkan kepada Jaejoong).

Suasana seperti ini juga membuat Junsu dan  Jaejoong menitikan airmata haru. Junsu menyembunyikan wajahnya di dada Yoochun yang dibalas Yoochun dengan sebuah pelukan hangat. Sementara Jaejoong langsung membawa Yunho dalam pelukannya.

“Eomma-ku adalah eomma-mu dan adikku juga akan menjadi adikmu, Yunnie. Kau adalah anggota baru  keluarga kami. Kita adalah keluargamu, Yunnie. Jadi jangan pernah merasa kesepian lagi. Kami semua menyayangimu, beruang Jung.”

“BooJae…”lirih Yunho kemudian memeluk Jaejoong. Ia menyembunyikan wajahnya di balik leher kekasihnya tersebut. Entah, ia tak tahu harus berkata apa sekarang. Ia shock, terharu, senang dan banyak perasaan saling bercampur memenuhi perasaan dan jiwa Yunho sehingga membuat pria berwajah kecil ini jadi merasa ini seperti mimpi yang indah.

Jika ini memang benar mimpi, Yunho tidak ingin berahir sekarang. Terlalu indah dan tak pernah ia bayangkan.
Yunho juga tak pernah menyangka keluarga Jaejoong menerimanya dengan seindah ini. Mengingat dirinya telah mengambil Jaejoong dari mereka selama tiga belas tahun. Selama perjalanan dari Jepang ke Amerika, perasaan Yunho tak pernah tenang sedetik pun – selalu panik. Ia takut ibu dan adik Jaejoong akan membuat perasaanya menderita atau paling buruk akan membunuhnya karena perbuatannya kepada Jaejoong. Tapi ternyata fakta lebih indah dari pada sekedar asumsi. Malah ia mendapatkan sesuatu – keluarga (lagi) yang ia ridukan selama ini, dan ragukan akan dapat merasakan hangatnya sebuah keluarga seperti dulu.

Dan demi Tuhan, semua ini benar-benar indah.

******

Malam semakin larut, detak jarum jam telah menunjukkan jam 12 malam. Namun tak lantas membuat ibu Jaejoong terlelap karena dinginnya malam yang menusuk. Ia justru duduk sendiri di teras belakang rumah yang di depannya ada taman kecil. Wanita setengah baya tersebut terus menatap bintang-bintang di langit, sambil tanpa henti mengucapkan syukur kepada Tuhan. Setelah banyak menderita dalam hidup, ahirnya kedua anaknya dapat menemukan kebahagiaan mereka untuk selamanya.

Chu~

Ibu Jaejoong tersentak, seseorang mencium pipinya dari samping secara mengejutkan.

“Aigoo… Jung Yunho!” kata ibu Jaejoong nyaris berseru. Ia lalu memukul pelan bahu Yunho.

Yunho tertawa kecil. Ia lalu mengambil duduk di sebelah calon mertuanya tersebut. Ia tanpa ragu dan canggung menyimpan kepalanya di bahu wanita yang mulai ia cintai seperti ia mencintai almarhum ibu dan ayahnya sendiri.

“Jangan pernah meninggalkan aku, Eomma. Aku tidak mau kehilangan orangtua lagi.” Kata Yunho.

Ibu Jaejoong lalu merangkul bahu Yunho.

“Tentu saja tidak. Mana ada eomma yang tega meninggalkan anak-anaknya, kecuali ada alasan yang masuk akal.”

“Eomma Kim, saranghae.” Kali ini Yunho agak berbisik sekilas di telinga ibu Jaejoong. Ia lalu kembali bersandar pada bahu Nyonya Kim.

“Nado saranghae, anakku, beruang Jung.” Ibu Jaejoong menepuk-nenpuk pundak Yunho sebari meneteskan airmatanya.

Yunho lalu memeluk calon mertuanya tersebut dari samping.

~THE END~

Sumpah…. Gue malu ma part ini, geje.. tapi tolog yang g masuk akal anggap masuk aja… ini ff-ku, dinia-ku, dari imajinasiku… jadi yang geje anggap g geje yah… aigo.. gue malu…

But, makasih ya udah baca FF ini dari awal sampai ahir..


Sampai jumpa di FF ku selanjutnya..
Aku sudah mempersiapkannya n maybe seminggu lagi gue post…

Thanks..

Jangan lupa maen blog ku ya cassie. blogspot. com





Comments
1 Comments
Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Minggu, 08 September 2013

[FF-YunJae] Yaoi/PG-NC/MISSING LOVE/Chapter 5

Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 5 of ?


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

MAAP G BISA EDIT LAGI, CZ LAGI SIBUK mau masuk kul….
Semoga masih berkenan buat baca…
Ok, Happy reading all. . .


>>> 

At Seoul

Jaejoong berdiri agak gugup, di depan sebuah mewah yang mewah yag tentu jga sangat familiar baginya. Ia menyeritkan dahi, beberapa kali menekan bel rumah tersebut sama sekali tak ada respon. Rumah pun nampak sepi sekali, biasanya banyak pekerja yang di halaman sekedar untuk merapikan taman atau beberapa bodygruad yang berhaga di dekat gerbang  dan di halaman. Kali ini tidak ada. Oh, apa yang terjadi?Mendadak Jaejoongjadi agak khawatir.

“Jaejoong-ah,”

Panggilan halus seorang perempuan menyentakkan sedikit lamunan Jaejoong. Pria cantik itu lanyas membalikkan tubuhnya.

“Bibi Jang, apa yang kau disini?” tanya Jaejoong, melihat wanita paruh baya yang tak lain kepala pelayan di rumah mewah Yunho. Ia memang cukup akrab dengan bibi yang tetap terlihat cantik meski usianya tak lagi muda. Bibi Jang sering memberi masukan tentang masakan yang Jaejoong masak untuk Yunho. Seperti Yunho suka masakan seperti apa dan makanan yang pria tampan itu benci. Mereka sangat akrab ketika di dapur.

“Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu, Kim Jaejoong? Bukankah kau sudah bersama dengan kekasihmu itu.” Bibi Kim melihat cukup serius pada Jaejoong.


“Aku ingin bertemu Jung Yunho,” jawab Jaejoong setelah menarik nafas panjangnya. Ia tahu Bibi Kim juga marah kepadanya. Jaejoong tahu persis Bibi Jang menyayangi Yunho seperti anak kandung sendiri, jelas ia akan membenci siapaun yang membuat ‘anaknya’ menderita.

“Kau – “

“Aku mencintai Yunho, Bibi.” Jaejoong memotong ucapan Bibi Jang dengan cepat-cepat. Ia sudah dapat menebak-nebak Bibi Jang pasti hendak marah-marah padanya. Lebih baik ia cepat menyampaikan tujuannya kesini dengan cepat karena ia sedang tak mau mendengar Bibi Jang marah-marah. Ia ingin cepat bertemu dengan Yunho.

Dan benar saja, Bibi Jang jadi mengurungkan niatnya yang sebelumnya. Ia menunduk sejenak, kemudian melihat lagi pada Jaejoong.

“Kau jangan bercanda, Kim Jaejoong.”

“Aku serius, Bibi. A-aku memang bodoh, baru memyadari kemarin,” terus terang Jaejoong. Ia sambil menunduk.

Bibi Jang menepuk-nepuk bahu Jaejoong Matanya nampak sedikit memerah dan basah.

Jaejoong melihat pada Bibi Jang.

“Bibi, kenapa kau menangis?” tanya Jaejoong terheran. Sesaat yang lalu Bibi Kim masih baik-baik saja, kenapa mendadak seperti ini?

“Kalau saja Tuan Muda mau menunggu sedikit lagi. Dia pasti sangat bahagia melihatmu mengucapkan seperti itu.” Bibi Jang malah meneteskan airmata, sekarang. Membuat Jaejoong menjadi semakin terheran-heran.

“Bibi, apa maksudmu?”

“Tuan Muda Yunho  pindah ke Jepang seminggu yang lalu.”

Deg~
Sepeti petir menyambar di tengah terik matahari. Lutut pria cantik itu mendadak melemas. Juga, seperti ada bongkahan batu besar yang menhimpit dada Jaejoong, sesak dan sakit secara bersamaan. Jaejoong menjatukan tubuhnya ke tanah seketika itu juga. Airmata, tak terelakkan lagi untuk terjatuh.

“Jaejoong-ah,” Bibi Jang berusaha menahan Jaejoong, namun tidak bisa. Ia lalu ikut terduduk  di tanah seperti Jaejoong.

“Bibi, kau bohongkan? Kau hanya menakutiku karena kau marah aku meninggalkan Yunho?” Jaejoong tetap berusaha positif thingking.

Bibi Jang menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak pernah marah padamu, Jaejoong-ah. Tuan muda tidak bisa lepas darimu, Jae. Dia harus memulai hidup baru di tempat yang baru agar dia bisa melepaskanmu dan tidak  terus menerus terpuruk.”

“Yunho-ah…” lirih Jaejoong meratapi kebodohannya. Ia tak henti merutuki dirinya sendiri yang sangat terlambat menyadari tentang perasaanya. Seperti ini tidak perlu terjadi jika saja ia menyadari perasaany lebih awal. Bodoh. Bodoh. Bodoh.



1 Tahun kemudian…..

“Bibi, aku pergi dulu. Annyeong…”

“Yak! Kim Jaejoong, tunggu sebentar!”

Jaejoong tak memperdulikan panggilan dari Bibinya. Ia cepat memakai sepatunya, dan dengan semangat ia berjalan keluar dari sebuah rumah yang tak terlalu besar dan cukup sederhana. Padahal masih sangat pagi, namun Jaejoong sudah terburu-buru untuk pergi.

Nyonya Han hanya menggeleng mengamati kepergian keponokannya tersebut. Kurang lebih setahun belakangan, Jaejoong memang tinggal bersama keluarga kecilnya. Sambil pria cantuk itu membantu di restoran keluarga Han. Tak ada keberatan darinya atau anak-anak dan suami Nyonya Han, mereka cukup hangat menyambut sepupu dan keponakan mereka yang cantik dan tampan secara bersamaan itu.

Sedikitnya untuk mengobati ketidaknyamanan di hati keluarga Han. Khususnya Nyonya Han yang merasa sangat bersalah kepada Ibu Jaejoong dan Jaejoong juga Junsu, atas perlakuan buruk yang dulu sering dilakukan almarhum kakaknya yang tidak lain adalah ayah Jaejoong dan Junsu. Keluarga Han selalu membantu dan mendukung Jaejoong dalam berjuang mendapatkan kebahagiaannya.

Meskipun Jaejoong selalu bersikap ceria, penuh semangat dan tegar di depan banyak orang, namaun Nyonya Han tahu betul jika yang sebenarnya batin keponakannya tersebut tidak seperti yang nampak dari luar. Batin Jaejoong menangis setiap saat. Sebelum Jaejoong bertemu dengan pria yang dicintainya, Jaejoong belum akan bertemu dengan kebahagiaanya.

“Semoga kau beruntung hari ini, Joongie,” gumam Nyonya Han, berdoa untuk Jaejoong.

*******

Dengan senyuman yang terus berkembang dan penuh semangat, Jaejoong menekan bel beberapa kali. Bel di rumah mewah, Jung Yunho. Well, hal ini seperti rutinitas Jaejoong setahun terahir ini. Pagi-pagi sebelum ia berangkat ke restoran bibinya, terlebih dahulu ia mendatangi rumah Yunho. Sambil berharap hari itu Yunho datang mengunjungi Korea dan singgah di rumah tersebut.

“Aigoo… Jongie…” keluh Bibi Jang, yang seperti sudah bosan dengan kedatangan Jaejoong yang setiap pagi. Ia berjalan agak tergesa menuju pintu gerbang untuk menemui Jaejoong.

“Bibi, apa ada kabar dari Yunho?” tanya Jaejoong antusian.

Bibi Jang tak langsung menjawab. Ia menggeleng pelan, dan sedikit gugup.

“Hulf,” Jaejoong mengeluh. Ia harus kembali menelan kekecewaan seperti hari-hari yang kemarin. “Baiklah aku pergi, Bibi. Maaf menganggumu lagi,” lanjut Jaejoong.

Dengan kecewa, Jaejoong melangkah meninggalkan rumah mewah Yunho. Sementara Bibi Jang masih melihat berbeda pada Jaejoong.

Tanpa Jaejoong sadari, seseorang terus memperhatikan padanya. Sejak ia menekan bel hinggal meninggalkan rumah Yunho.

“Apa yang dia lakukan disini?” seorang pria tinggi berkulit coklat bertanya pada seseorang di sebelahnya. Ia masih melihat pada Jaejoong dari lantai dua rumahnya.

“Menurut Bibi Kim, Kim Jaejoong setiap pagi selalu datang kesini. Untuk mencari kabar tentang anda, Tuan Yunho,” jawab Sekertaris Lee, orang yang disebelah pria itu.

Yunho – pria itu menoleh sesaat pada Sekertaris – Paman Lee. Ia kembali menerawang pada jendela.

“Ck. Dasar bodoh,” gumam Yunho seraya terkekeh pelan.

*******

“Bibi, restoran ini ingin menambah menu baru, ya?” tanya Jaejoong, sebari membantu bibinya memasak.

“Aniyo,”

“Lalu kenapa hari ini memasak banyak sekali? Atau jangan-jangan bibi mau membagikan makan gratis untuk pelanggan?” kali ini Jaejoong melihat pada bibinya yang masih berkutat dengan beberapa bumpu untuk memasak makan laut.

“Sahabat Pamanmu ada meeting dengan klien-nya dari Jepang. Dan dia menyewa restoran kita untuk tempat meeting-nya,” Nyonya Han menjelakan. Jaejoong mengangguk mengerti.

Diam-diam ia tersenyum sedih. Jepang. Seolah otaknya jadi me-recall memorinya saat masih  bersama Yunho kemudian ia meninggalkan pria tampan itu bersama Yoochun, dan dengan tangisan serta perasaan hancur ia baru menyadari tentang perasaannya pada Yunho. Ia benar-benar hancur saat kenyataan itu mengatakan Yunho telah meninggalkan Korea menuju Jepang. Jepang. Demi Tuhan, Jaejoong tentu sangat ingin kesana. Namun Won yang di tangannya tak cukup untuk membuatnya dapat menginjak negeri Sakura tersebut. Ia hanya dapat berharap pada sebuah keajaiban – Yunho yang kembali ke Korea.

*******

“Jaejoong-ah, cepat.” Nyonya Han melambaikan tangan pada Jaejoong. Menyuruh pria cantik itu segera bergegas bersiap di depan pintu restoran untuk menyambut klien dari sahabat Tuan Han.

Dengan agak terburu Jaejoong berjalan menghampiri bibinya sambil tersenyum.

Tuk~

Tuk~

“Annyeonhaseo…” ucap Nyonya Han, Jaejoong dan beberapa karywan di restoran tersebut, dengan serempak. Seraya membungkukkan badan mereka.

Jaejoong diam-diam mengangkat kepala terlebih dahulu dari pada yang lain. Entah kenapa ia merasa sangat penasaran dengan tamu dari Jepang ini. Atau mungkin karena klien tersebut bertempat tinggal di negara yang sama dengan yang ia cintai? Sesaat melintas pikiran yang agak agak konyol di benak Jaejoong. Yunho seorang pengusaha, dan barangkali tamu dari Jepang ini mengenal Yunho. Yeah, ia dapat bertanya pada klien teman pamannya ini.

Sret~
Deg~

Dalam detik tersebut, mata besar Jaejoong melebar bebekali lipat. Ia seolah membeku di sana dan saat itu juga. Klien dari Jepang tersebut cukup bahkan sangat familiar bagi Jaejoong. Seseorang yang setahun belakangan ia rindukan, berjalan angkuh di depannya dan dengan diikuti beberapa pengawalnya dan Paman atau Sekertaris Lee.

Mata sekertaris Lee tampak tak kalah terkejut menangkap sosok cantik yang telah membuat Tuan Mudanya depresi dalam beberapa waktu.

“Yunho-ah…” lirih Jaejoong.

Langkah Yunho terhenti. Suaranya memang pelan dan bahkan terkesan lembut ketika menyebut namanya, namun telinga Yunho masih dapat menangkapnya dengan baik. Mendadak, ia merasakan debaran  yang menyesakkan seperti saat ia ditinggalkan pria yang ia cintai.

Yunho tersentak bukan main, ketika mata musangnya bertemu dengan mata besar Jaejoong yang indah, namun terlihat basah oleh butiran-butiran bening yang menyeruak di sana. Debaran itu semakin menyesakkan saja. Tapi entah kenapa justru jiwanya yang dingin mendadak menghangat. Ya, ia akui ia sangat merindukan pria cantik ini. Ingin memeluk dan menciumnya seperti dulu. Kaki Yunho bergerak perlahan tanpa sadar.

“Tuan Muda,” Seketaris Lee memanggil sebari memegang bahu Yunho.

Tangan Yunho yang agak bergetar, jadi mengepal. Ia menyimpan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia kembali melihat ke depan dan melanjutkan perjalanannya. Entah ia harus bersyukur atau bagaimana. Paman Lee seolah membangunkkannya untuk menghadapi realitas yang ada.

Jung Yunho, tidak boleh larut dalam perasaan seperti itu lagi. Susah payah Yunho berusaha bangkit dan melupakan semua yang indah sekaligus buruk – semua kenangan-kenangan bersama Jaejoong. Ia tidak boleh terpuruk kembali. Menyelami masalalu hanya akan menghancurkan Yunho sendiri dimasa depan.

Hancur. Hati Jaejoong tak ubahnya kaca yang terjatuh dari tempatnya  ke lantai, menjadi kepingan tak berguna. Pria yang ia cintai, yang ia rindukan dan selalu ia tunggu, mencampakan dirinya seperti ini. Sialnya, Jaejoong tak dapat menyalahkan siapun juga. Yunho seperti ini  juga karena dirinya yang bodoh pada persaannya sendiri.

Selama perjamuan itu tak pernah lepas dari sosok tampan berwajah musang yang duduk di meja tamu khusus. Airmata tanpa berhenti mengalir dari sudut mata indahnya, sambil berharap Yunho akan menatapnya disini.

Jaejoong harus menelan kekecewaan  yang dalam. Karena Yunho sepertinya hanya terfokus pada urusan bisnisnya saja.

********

“Jangan halangi aku. YUNHO-AH!” Jaejoong berteriak sambil berusaha kesana-kemari untuk dapat melihat pada Yunho yang berjalan ke arah mobilnya. Jaejoong tidak dapat mengejar Yunho karena dihalang-halangi oleh beberapa bodygruad Yunho.

Harapan Jaejoong agar Yunho menoleh padanya, seperti tak berhasil. Yunho tak menggubris sama sekali panggilan dari Jaejoong. Justru pria tampan itu malah memperlebar langkahnya di bawah payung yang melindunginya dari hujan deras yang sedang turun.

Jaejoong seperti habis kesabaran. Ia dengan nekad menerobos barisan hidup para bodygruad.

“LEPASKAN AKU!” teriak Jaejoong kembali, saat para bodygruad berhasil mengunci pergerakannya. Jaejoong tak begitu saja menyerah, ia terus meronta. Ia tidak peduli apapun, dibenaknya hanya bagaimana dapat mengejar Yunho yang semakin menjauh.

Jaejoong ahirnya dapat melepaskan diri setelah ia menginjak kaki kemudian menggigit tangan kedua bodygruad yang menguncinya. Tanpa berpikir banyak, ia segera berlari meskipun harus menembus hujan yang deras.

Yunho menoleh ke belakang. Ia dapat melihat Jaejoong yang berlari mengejarnya. Perasaanya semakin hancur, cairan bening mulai menyeruak dari sudut mata musangnya.

Paman Lee yang menyadari keadaan ini, tak akan membiarkan Yunho terlarut lebih jauh lagi. Ia mendorong  pelang Yunho memasuki mobilnya. Ia lalu menyusul agar mereka dapat segera meninggalkan restoran tersebut.

“YUNHO-AH, BUKA PINTUNYA!” teriak Jaejoong sebari memukul-mukul kaca jendela mobil Yunho yang mulai berjalan. Ia mulai berlari kecil kemudian semakin mencerpat langkahnya, seolah tidak ingin melepaskan mobil tersebut.

Di dalam, Yunho airmata Yunho turun tak terelakkan lagi. Seperti mesin waktu yang membawanya ke masa lalu. Yunho kembali merasakan berada dalam suasana perpisahan menyakitkan dengan Jaejoong sekitar setahun yang lalu.

Jaejoong seperti tidak benar-benar ingin meninggalkan dirinya saat itu, namun Yoochun terus mempengaruhi Jaejoong hingga Jaejoong kehilangan kesempatan untuk memilih.

“YUNHO-AH!” teriak Jaejoong lebih keras lagi. Ia kehilangan mobil Yunho, namun tak lantas membuatnya menyerah. Ia terus mengejar mobil yang membawa orang yang dicintainya tersebut.

Mata indah terus menitikan airmata yang seperti pedang mencabik-cabik hatinya. Bohong, jika Yunho tak memperhatikan sedikitpun pada Jaejoong saat di restoran tadi. Ia diam-diam melirik pada pria cantik itu. Ia bahkan tidak bisa berkonsentrasi dengan urusan bisnisnya, karena hanya Jaejoong yang ada di kepalanya saat itu.

Kali ini, Yunho memang tak dapat mengelak lagi. Sekeras ia berusaha, Kim Jaejoong tidak akan pernah bisa dihilangkan dari hati dan pikiran Jung Yunho. Ia masih sangat mencintai pria berwajah cantik dan tampan secara bersamaan itu.

Yunho menoleh kebelakang. Ia semakin tak dapat mengendalikan perasaannya, terlebih melihat Jaejoong yang tak pernah menyerah berlari mengejar mobilnya.

“HENTIKAN MOBILNYA!” teriak Yunho, dengan masih menatap ke belakang.

Sang sopir hendak menghentikan lau mobilnya, namun terlebih dahulu Paman Lee mencegahnya. Demi Tuhan, ia tak mau lagi melihat Yunho menderita karena Jaejoong.

Merasa tak mendapatkan respon, membuat emosi semakin mengacaukan pikiran waras Yunho.

“KUBILANG HENTIKAN MOBILNYA!” teriak Yunho kembali, sebari menatap tajam pada sopir dan Paman Lee.

Tapi tetap tak digubris.

Yunho seperti benar-benar tidak dapat berpikir jernih. Dengan emosi yang mengambil alih diri pria tampan itu, Yunho dengan kasar berusaha membuka pitu mobil padahal pintu tersebut terkunci. Tentu saja ini membahayakan, tapi Yunho tak peduli.

Paman Lee pun menjadi agak panik melihat Yunho seperti ini. Ia lantas menyuruh sang sopir menghentikan laju mobil mereka.

Tanpa bicara apapun, Yunho  segera keluar dari mobil. Menembus hujan – berlari menghampiri Jaejoong.

Jaejoong menghentikan langkahnya, ia tersenyum. Yunho kini berdiri begitu di dekat di hadapannya.

“Yun – “

“Kim Jaejoong!” Yunho tersentak dan dengan sigap menangkap tubuh Jaejoong yang terjatuh tiba-tiba dan tak sadarkan diri.

~TBC~


Jangan lupa main di blog ku yah... cassie9095.blogspot.com




 <center><iframe src="//www.facebook.com/plugins/like.php?href=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fyunjaefic&amp;width=450&amp;height=80&amp;colorscheme=light&amp;layout=standard&amp;action=like&amp;show_faces=true&amp;send=true" scrolling="no" frameborder="0" style="border:none; overflow:hidden; width:450px; height:80px;" allowTransparency="true"></iframe></<center>












Comments
1 Comments
Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selasa, 03 September 2013

RE-POST [FF-YunJae] PG-NC/Yaoi/Mianhae/Chapter 1

Title : Mianhae

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 1 of 5


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

FF ini merupakan FF pertamaku dahulu… banget… Cuma pengen Re-post aja, kalau pada suka ntar tak lanjutin…




P.O.V Jaejoong

PRANGG~~

Dg kasar Yunho membanting piring yg berisi sarapan yg telah aku siapkan untuknya.

"Kim Jaejoong!Masakan apa ini hah! Apakah kau mau membunuhku!"

PLAKK~~

Kini giliran tangan Yunho yg mendarat di pipiku.Benar2 sakit aku rasakan pada pipi kananku.

Namun aku sudah terbiasa dg keadaan ini,karena bukan sekali ini saja Yunho melakukan kekerasan fisik padaku,tapi sering.Tak hanya tamparan,pukulan dan kekerasan lain jg sering aku dapatkan darinya.

Bukan tanpa alasan dy melakukan ini semua,aku faham betul apa yg menyebabkan Yunho begitu membenciku.
Rasa benci yg teramat sangat padaku.



~ FB~

Aku Kim Jaejoong,aku bekerja sbg pembantu di kediaman Keluarga Jung atau lebih tepatnya di rumah Yunho.

Aku dpt bekerja disini karena HeeChul Ahjumma,yg tak lain adalah Umma dari Yunho.
Beliau telah memungutku dari jalan,memberikanku tempat berteduh serta menyekolahkanku di sekolah yg cukup elit sama dg Yunho,anaknya.

Aku jg sadar aku tak mau berpangku tangan terus,aku memutuskan untuk bekerja sebagai pembantu disinì sbg caraku membalas kebaikan Keluarga Jung,dan mereka juga menyetujui hal ini.

Sejak aku masuk kesekolah aku selalu mendapatkan nilai2 yg bisa dikatakan membanggakan.

Membuat Heechul ahjumma dan Siwon Ahjussi semakin menunjukan perhatiannya padaku.
Kadang kala mengunggul2kanku di depan Yunho.


Itu lah awal kebencian Yunho yang besar terhadpku bersemayam.

Ia selalu menjadikan kesalahan kecìlku sbg kesalahan besar,sehingga dengan mudahnya ia dapat melampiaskan kebenciannya padaku dengan kekerasan fisik.

Tak hanya d rumah di sekolahpun ia tetap menyakitiku.Bahkan lbh kejam dr pada drumah

~End FB~


"Mi..mianhae Yun..akan kuganti makananmu sekarang" ujarku sambil jongkok untuk memunguti pecahan piring yg dilempar Yunho tadi. 

"Tak perlu berselera makanku sudah hilang!" Yunho beranjak dari tempat duduknya dan hendak pergi,namun..

"AUUWW..SAKIT..!" Jeritku saat Yunho menginjak & menekan injakannya pd tanganku yang penuh dengan pecahan kaca yg aku kumpulkan dg penuh emosi.

Alhasil dari telapak tanganku mengalir darah segar yg ckup banyak dan dari mataku mengalir butir2 air mata yg menghias penuh di pipiku

"Sakit..ah.." keluhku sambil kupengang tanganku yg berdarah.

"Rasakan! Dasar anak Pungut Sialan!" Makinya dan berlalu begitu saja


Cacian makian dan penganiyaan Yunho memang sangat menyakitkan.Yunho memang jahat dan kejam

Tapi aku tak bisa begitu saja untuk membencinya. 

P.O.V Yunho

Sungguh muak melihat muka si pungut itu.
Sok imut sok melas sok baik pada orang2.
Cih bener2 menjijikkan.

Aku muak,aku benci,sangat dan sangat membencinya.Ia telah merebut ortu ku dariku.
Umma Appa lebih perhatian pada 'mahkluk pungutan' ini,setiap pulang slalu saja dy yg dicari duluan bukan aku dan terlebih lagi Umma dan Appa slalu memuji dan mengungguLkannya di depanku dan teman2 mereka.

Pdahal aku bukanlah orang bodoh tanpa prestasi.
Aku hanya kalah 1 tingkat drnya dlm hal pelajaran.

'hello..umma appa tak perlu berlebihan pdnya'

Benar saja aku seperti anak tiri dirumahku sendiri. 


#####

Aku berjalan di sepanjang teras kelas bersama Yoochun dan Junsu,sahabatku.

Tiba2 segerombol yeoja2 berlari kearahku.
Ya,mereka adalah fans setiaku fans seorang kapten basket sepertiku.

"Yunho..oppa..tampan sekali hari ini" ucap salah seorang yeoja

"Udah dari dulu kali Yunho hyung itu tampan,apa kau buta sebelumnya?" timpal Yoochun yg membuatku terkekeh.

Saat kami berjalan ke kelas,tiba2 saja mataku menangkap sosok yg berpakaian nora,berkacama,dan menggenggam 1 tangan diperban

'benar2 Jaejoong yg kuper,Jaejoong yg memuakan' batinku

"Ladies..aduh..mataku..aduh.." pura2ku mengaduh dg memegang mata yg kupejamkan 

"Oppa..oppa..kau kenapa.." panik para yeoja2 yg sedari tadi mengelilingiku

" Mataku perih melihat itu..bisahkan kalian menyingkirkannya untukku?" ujarku dg menunjuk ke arah Jaejoong

"Kim Jaejoong maksudmu oppa? Baiklah kami akan melakukannya untukmu oppa.." tegas seorang yeoja

"Gomawo" ucapku dg tersenyum evil

"Ayo guys..kita singkirin mahkluk aneh itu" dlm sekejap yeoja2 bapo ini sudah mendekat pada Jaejoong

"Mampus kau Kim Jaejoong" gumamku pelan


#####


P.O.V Author

Jaejoong berjalan menuju perpus,tiba2 ia di hadang oleh beberapa yeoja.

"Hey kuper,cepatlah kau menyingkir dari jalan ini" ucap yeoja dg mend0rong pundak Jaejoong

"Tapi..aku harus ke perpus" tolak jaejook,membuat yeoja2 itu kesal.

"Ouh..Jadi kau menolak,hah! Rasakan ini!" salah 1 dari yeoja itu menyiramkan mi kuah gelasan yg dibawanya ke tangan Jaejoong yg berbalut perban putih

"AAAH..SAKIT..AUWW" Jaejoong mengaduh dan langsung terduduk memegangi tangannya.

"Kenapa?Panas? Nih biar dingin" dan yeoja lain menyiramkan lagi Es ketangan Jaejoong yg terluka tadi

"AGGH..SAKIT..SAKIT SEKALI..AGG.." kini Jaejoong beruarian airmata menahan sakit.

"Hahahaha" yeoja2 itupun tertawa puas

"STOP! Apa yg kalian lakukan pada Jaejoong HAH!"

#####

"Lee..Lee Tuk oppa.." gugup yeoja2 itu yg melihat sang ketua OSIS membentak mereka.

"Oppa..kenapa kau menolong mahkluk menjijikan ini!" salah seorang yeoja menunjuk kearah Jaejoong

"Apa kau bilang?Menjijikan?Cih,justru kalian kalian sendiri yg menjijikan,BABO!" Leetuk menunjuk 1 per 1 yeoja2 tadi

"Oppa..tega banget sih bilang kita yg cantik ini 'menjijikan' hanya demi seorang Kim Jaejoong,manusia aneh seantero dunia,ckckck" Sinis yeoja itu yg melirik tajam Jaejoong dan tangan yg bersedakep sombong

"SHIT! Cantik? iya cantik wajah,tapi hati kalian BUSUK! Mana ada orang yg hatinya bersih,tega memperlakukan orang lain dg tak manusiawi.Ya,macam yg kalian ini." Cibir LeeTuk dg tersenyum licik

"Hah! Oppa! Kenapa bicara seperti itu.." rajuk yeoja2 itu manja

"DIAM! Jangan sok manja disini.Aku akan melaporkan ini pada kepsek" Beritahu Leetuk,membuat yeoja2 itu mel0tot

"Tap.."

"Tak ada tapi2-an! Sekarang kalian pergi dari sini! Atau aku akan lebih marah pada kalian.CEPATTTT!!" usir LeeTuk yg memasang muka evilnya. Sontak Yeoja2 itu dan orang2 yg melihatnya menjadi ketakutan,termasuk Jaejoong. Dan saat itu pula Yeoja2 itu lari terbirit2 ntah kemana.


"Jae... kau tak apa?" tanya LeeTuk dg wajah yg berubah lembut kembali.

"Ahh..mas..sih sakit..Leetuk ssi" jawab Jaejoong setengah gugup

"Jangan gugup seperti itu,aku g kan nyakitin kamu koq,tapi aku akan membantu mengobati lukamu" jelas Leetuk sambil membantu Jaejoong berdiri

"Gomawo.." ucap Jaejoong tersenyum.


"Huwee..ada pahlawan baru disini" ejek Yunho yg sudah berdiri di hadapan mereka.

"Apa maksudmu Yunho-ssi?"Leetuk menatap Yunho bingung

"Maksudku,koq mau2nya ketua OSIS yg boleh dibilang idola disini,menolong 'babu pungutan' macam dia" Yunho menonyor kepala Jaejoong,membuat Leetuk mulai emosi.

"Jangan berkata seperti itu! Aku menolongnya karena aku punya hati nurani.Tak seperti kau,MA-NU-SIA-TAK-PU-NYA-HA-TI."

Ucapan Leetuk yg penuh penekanan itu,membuat Yunho jg mendidih.

"Yah! apa maksudmu aku tak punya hati hah!" Yunho mencengkram kerah Leetuk

"Lepaskan!"Leetuk mencoba melepaskan cengkraman kuat Yunho pada kerahnya.

"Lepaskan dia Yun" Jaejoong mencoba membantu Leetuk menyingkirkan tangan Yunho.

"Ah!Diam kau Pungut! Jangan ikut campur!" bentak Yunho yg membuat Jaejoong langsung melepas tangannya.

"Yah!Jangan bentak dy!"

"Diam kau! Kau tak punya hak melarangku,Lee-tuk"

"G! Aku punya hak untuk melarangmu.Karena aku OSIS di sini jadi aku punya hak untuk mengatur disini.Termasuk mencoretmu dari tim basket sekolah,jika kau tetap mengkasari Jaejoong dan yg lain.So,singkirkan tangan kotormu itu dari bajuku" Ancam Leetuk yg sukses membuat Yunho sedikit takut dan melepaskan cengkramannya namun emosinya tetap mendidih.
Dan Leetuk pun merapikan kerahnya yg sedikit berantakan,kemudian pandangannya langsung beralih kepada Jaejoong kembali.

"Jae..ayo kita pergi,akan ku obati lukamu" Leetuk menuntun Jaejoong menuju UKS

"Camkan kata2ku tadi Jung Yunho" bisik Leetuk saat melewati Yunho.

Yunho langsung menatap tajam Leetuk yg berjalan menjauh darinya.

"BRENGSEK! Leetuk babo itu menolongnya.
Kau beruntung kali ini Jae.
Tapi liadh saja,akan ku buat kau lebih menderita dari ini" Umpat Yunho pelan dg mengepalkan tangannya.



@UKS


Dengan tlaten Leetuk mengobati Luka Jaejoong,membtat pria berkacamata ini menyunggingkan senyum untuk Leetuk.

"Sudah selesai" Ujar Leetuk usai membalut luka Jaejoong.

"Gomawo Leetuk-ssi" ucap Yunho malu2

"Cheonmanayo,sudah sepatutnya kita harus menolong orang yg kesusahan,ya kan?" Leetuk mengacak2 rambut Jaejoong.

"Ahh..Leetuk-ssi" protes Jaejoong pada Leetuk yg terkekeh.

"Oya Leetuk-ssi,dari mana kau tau namaku Jaejoong" tanya Jaejoong

"itu..itu..rahasia perusahaan..hahahaha" goda Leetuk yg menghasilkan tawa di bibir Jaejoong.

Leetuk terlihat bahagia,karena orang yang ada bersamanya kini bisa tertawa dan melupakan sejenak rasa sakit di tangan dan batinnya.

'Jae..kenapa kau jadi seperti ini? ini bukan dirimu yg sesungguhnya,aku tau itu' Ujar Leetuk dlm hati

#####

@ Yunho's Home

P.O.V Yunho

Kurebahkan tubuhku di sofa kamarku melepas segala lelah tubuh usai sekolah.

Namun perasaanku masih kesal karena kejadian di sekolah tadi.

Leetuk,mengingat namja itu benar2 membuatku ingin membunuhnya sekarang.
Berani sekali dia membuatku ketakutan dan menggagalkan rencanku.

Ini berarti dia telah mendaftar sebagai musuhku.

"Joongie...tanganmu bisa infeksi nanti kalau tidak segera dibawa ke Rumah Sakit" ku dengar suara umma di luar kamarku.

Umma sgt prhatian pd Jaejoong,tapi kenapa saat aku sakit umma tak seperhatian itu? Kenapa?

Benar2 menambahkan rasa benciku pada Jaejoong saja.

Ini tak bs dibiarkan.Jaejoong harus segera dihancurkan.
Dan hanya dg cara itulah Jaejoong dapat di hancurkan dg cepat.

'Ya hanya dengan cara itu,aku bisa menghancurkan Jaejoong dg cepat'


~TBC~

Maap banyak banget typo..

Comments
1 Comments
Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Minggu, 01 September 2013

[FF-YunJae] PG-NC/Yaoi/MISSING LOVE/Chapter 4

Title : Missing Love

Author : Minhyan-ssi


Pairing : Yunjae


Legh : 4 of ?


Ratting : PG-17


Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC


Cast :

- Jung Yunho
- Kim Jaejoong
- Etc

 FF ini terinspirasi dari drama I MISS YOU-nya presdir YJS.. akakakak… ah… boleh juga deh disebut njiplak drama I Miss You, yang jelas ni FF kubuat sebagai reflek dari drama I Miss You yang nguras emosi…

Ok, Happy reading all. . .


>>> 

LA, Amerika 1 bulan kemudian….

Sinar matahari pagi menyeruak – menerobos celah jendela sebuah apartemen di tengah kota Los Angles, membuat seorang pria cantik – salah satu penghuni apartemen, menjadi sedikit terusik. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali walau masih dalam keadaan tertutup.

Dengan malas, Jaejoong – pria cantik tersebut mendudukkan dirinya dan membuka mata perlahan.

“Ommona…” seru Jaejoong. Ajaib, seolah kesadaran Jaejoong mengumpul dalam sekejap ketika itu. Begitu ia teringat sesuatu – salah satu kebiasaanya.

Jaejoong buru-buru beranjak dari tempat tidurnya untuk menuju dapur.

Jaejoong segera mengambil panci dan beberapa bumbu masakan di dapur.  Ia mengambil bawang putih dan merah, kemudian memotongnya dengan terburu juga.

“Hyung, apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?” tanya Junsu. Yang setelah Joging langsung menuju ke dapur, bermaksud mengambil air minum.

“Aku kesiangan. Yunho akan marah kalau aku terlambat membuatkannya sarapan,” jawab Jaejoong, masih berkutata dengan bumbu tadi.

Junsu tak menyahut, ia malah menjadi terpaku. Dalam hati ia menangis sekarang. Ia tidak tega melihat kondisi hyung-nya masih belum dapat lepas dari pengaruh seorang Yunho. Ah, tidak, lebih tepatnya Jaejoong belum dapat melepaskan bayang-bayang Yunho dari dirinya, sampai detuk ini. Jaejoong masih sering merasa dan beranggapan ia masih bersama Yunho dan di rumah Yunho yang mewah itu. Bahkan dalam tidurnya, Junsu masih sering mendengar Jaejoong mengigau – memanggil nama Yunho. Jujur saja, Junsu tidak mengerti dengan hyung yang paling ia cintai itu. Jaejoong tidak lagi seperti Jaejoong yang dulu dikenalnya.

Grep~
Junsu tiba-tiba saja memeluk Jaejoong dari belakang. Dan membuat Jaejoong agak tersentak.

“Hyung, cukup… hentikan… Jung Yunho tidak ada disini…” ucap Junsu. Dan airnata pun jatuh tak terelakkan lagi.

Jaejoong berhenti memotong bawang merahnya. Ia terbangun yang sesungguhnya, pikiran rasionalnya kembali. Ia kembali menitikan airmatanya.

Damn. Jaejoong terus mengutuk Yunho dalam hati. Kenapa Yunho tak pernah membiarkan dirinya untuk bebas? Kenapa, kenapa kemanapun dirinya melangkah, Yunho seperti terus mengawasinya? Berhenti menggangguku, Jung Yunho! Batin Jaejoong pun berteriak.

“Siapa bilang aku membuatkan sarapan untuk Yunho, aku hanya bercanda. Aku menbuat sarapan untuk kita. Kau suka nasi goreng kaan, Su-ie?” Jaejoong berdalih. Jujur, ia lelah dengan delusi-delusi yang selalu menghantui seperti ini. Kalau bisa, ia juga ingin melarikan diri saja dari situasi ini.

“Yeah… tentu aku suka nasi goreng,” balas Junsu menahan tangisannya. Mungkin dengan mengikuti arah percakapan yang Jaejoong buat, dapat membantu hyungnya itu merasa lebih baik.

-------

“Kita mau kemana, Chunnie?” tanya Jaejoong.

“Kita akan bersenang-senang. Junsu bilang kau selalu murung jika di rumah.” Jawab Yoochun. Lalu ia kembali melihat ke depan, menyetir mobilnya dengan baik.

Jaejoong tersentum tipis, ia juga mengikuti Yoochun melihat ke depan, dan menikmati perjalan mereka untuk beberapa saat.

“Yoochun-ah, ada acara apa di kampusmu? Kenapa ramai begini?” tanya Jaejoong. Setelah Yoochun menghentikan mobilnya di depan sebuah kampus – tempat Yoochun bekerja sebagai dosen.

“Ada festival disnatalis kampus. Ayo,” Yoochun meraih tangan Jaejoong dan menggenggamnya. Ia menarik namja cantik itu memasuki area festival. Ada banyak stand game atau komitas yang berpakaian anime, tokoh kartun, pahlawan bahkan pakaian adat-budaya setempat.

Yoochun mengajak Jaejoong memasuki sebuah stand game lempar bola ke keranjang.

“Ayo… ayo… masuk,” ajak penjaga stand tersebet dengan ceria dalam bahasa Inggris.

“Ini,” penjaga tersebut melanjutkan, sambil menyerahkan sebuah bola plastik kecil pada Yoochun. “ Kalau kau bisa memasukkan bola ini ke ke keranjang itu, kau bisa memilih satu boneka yang yang disana.” Penjaga stand menunjukkan pada Yoochun letak keranjang kemudian boneka-boneka yang akan menjadi hadiah, masih dalam bahasa Inggris.

Yoochun memberikan beberapa uang kepada penjaga stand sebagai kompensasi harga.

“Lihatlah, Jae. Akan kudapatkan boneka gajah itu untukmu,” ujar Yoochun melihat pada Jaejoong, sambil menunjuk pada tempat boneka-boneka hadiah di letakkan, dimana salah satu dari boneka-boneka itu terdapat boneka gajah kesukaan Jaejoong.

Puk~

“Aish,” runtuk Yoochun. Bola pertamanya gagal terjun ke keranjang. Ia tak langsung menyerah, ia meminta bola lebih banyak pada penjaga stand. “Kau tenag saja, Jae. Aku pasti mendapatkan boneka gajah itu,” ujar Yoochun kembali kepada Jaejoong.

Jaejoong tersenyum melihat Yoochun yang penuh semangat begini. Ia mengangkat kepalan tangannya – memberi semangat pada Yoochun.

Puk~

Puk~

Puk~

“Aish.. Shit!” umpat Yoochun. Ia masih tak menyerah juga. Ia kembali meminta banyak bola pada penjaga stand.

Mata indah Jaejoong berkeliling mengamati keramaian festival. Tapi tiba-tiba mata besarnya tak sengaja menakap obyek boneka beruang besar yang di letakkan di sebelah boneka-boneka hadiah memasukkan boal ke dalam keranjang. Sesaat ia terpaku melihat boneka tersebut.

Puk~

“Yeey!” seru Yoochun senag bukan main. Ia berhasil memasukkan bola ke dalam keranjang.

Si penjaga stand bertepuk tangan untuk Yoochun.

“Berikan boneka gajah itu untukku,” ujar Yoochun menunjuk pada boneka gajah di letakkan.

“Selamat, kau berhasil,” kata penjaga seraya menyerahkan boneka gajah kepada Jaejoong.

“Joongie, untuk – “ ucapan Yoochun terputus. Ketika ia mendapati Jaejoong justru melihat ke arah yang lain, terlebih tatapan tersebut serius sekali.

“Boneka beruang itu, bagaimana aku bisa mendapatkannya?” Jaejoong tak menyadari Yoochun sedang berbicara padanya. Ia malah bertanya pada penjaga stand tersebut, yang seorang bule cantik dan Jaejoong menggunakan kemampuan bahasa inggris-nya yang terbatas. Tentu saja ia masih perlu banyak belajar untuk hidupnya yang baru sekerang, terlebih di negeri yang baru juga.

“Kalau kau bisa memasukkan bola ke keranjang tiga kali berturut-turut, beruang besar itu akan jadi milikmu.”

Jaejoong tersenyum.

“Berikan beberapa bola untukku,” Jaejoong melihat pada penjaga stand.

Yoochun agak tersentak. Ia tidak tahu kalau sekarang Jaejoong juga menyukai beruang. Junsu benar, Jaejoong sudah banyak berubah. 

“Aku akan melakukannya untukmu, Jae,” Yoochun mengiterupsi cepat-cepat. Jaejoong dan penjaga stand jadi melihat padanya.

“Aniyo, Chunnie. Aku ingin mendapatkannya dengan tanganku sendiri,” balas Jaejoong penuh keyakinan.

“Tapi, Jae – “

“Kau sudah bekerja keras untuk gajahnya, aku juga ingin mendapatkan beruang itu dengan kerja keras juga.” Jaejoong tersenyum sangat manis. Yoochun jadi tak dapat menolak keinginan Jaejoong tersebut.

Yoochun lalu meminta penjaga stand memberikan beberapa bola kepada Jaejoong.

-------

Senyuman seolah tak henti-hentinya mengukir manis di bibir cherry Jaejoong. Yoochun jadi ikut senang dapat melihat Jaejoong tersenyum seperti ini. Selama sebulan – setelah namja cantik itu memulai hidup baru di Amerika, Yoochun belum sekalipun melihat Jaejoong sesenang ini. Hanya seulas senyum yang Yoochun dapati dari sosok kekasihnya tersebut, itupun sangat jarang. Seperti yang Junsu juga katakan, Jaejoong malah lebih banyak murung. Yoochun tidak mengerti apa yang di benak Jaejoong saat ini. Bukankah seharusnya ia senang bisa berkumpul dengan Junsu dan Eomma-nya – yang selama bertahun-tahun di dambakannya? Entalah.

“Sepertinya kau benar-benar tergila-gila dengan beruang itu. Aku jadi iri,” celetuk Yoochun setengah bercanda, sambil tetap fokus menyetir mobilnya.

“Bukan aku yang menyukai beruang, tapi Yunho. Dia pasti sangat senang aku memberikan boneka beruang hasil kerja kerasku ini.” Jaejoong berucap sambil memainkan boneka beruang yang cukup besar. Entah ia sadar atau tidak, jika ucapannya ini memicu emosi Yoochun untuk menyeruak.

Ciit~

Yoochun menepikan dan menghentikan laju mobilnya dengan mendadak.

“Auw,” seru Jaejoong, cukup terkejut. Karena kepalanya agak membentur dasbor mbil.

“Jung Yunho, Jung Yunho lagi. BERHENTI MENGUCAPKAN NAMA BAJINGAN ITU DI DEPANKU!”

Tin~~~

Teriak Yoochun sebari memukul setir mobil dengan keras. Tentu saja membuat Jaejoong lebih terkejut lagi. Matanya melihat seperti penuh kemarahan pada Jaejoong.

Jaejoong seolah tersadar - kembali pada realita yang sedang terjadi. Demi Tuhan, ia mengutuk Yunho yang seperti tak pernah puas mengacaukannya. Apakah ini bentuk balas dendammu karena aku meninggalkanmu, Yunho-ah?

“Kau berubah, Kim Jaejoong.”

Jaejoong jadi melihat pada Yoochun.

“Tidak, tidak, Yoochunnie. Aku mencintaimu,” ujar Jaejoong cepat-cepat. Ia takut Yoochun salah paham.

“Cinta kau bilang. Bagaimana bisa disebut cinta, KALAU YANG DI KEPALAMU CUMA JUNG YUNHO DAN JUNG YUNHO!” Yoochun berteriak kembali. “Aaa… SHIT!” 

Buk~
Tin~~~~

Yoochun mengumpat, dan memukul setir mobil lebih keras lagi. Jaejoong tersentak, ia semakin ketakutan.

“Kita ahiri saja hubungan  ini. Aku tidak bisa bersama dengan orang yang tidak mencintaiku. Kau bukan Kim Jaejoong-ku yang dulu,” kata Yoochun kali ini lebih pelan. Matanya menghangat, namun ia bertahan keras untuk  tak meneteskannya.

Tubuh Jaejoong terasa melemas. Pelukannya pada boneka beruang-nya pun terlepas. Ia meraih lengan Yoochun sambil menitikan airmatanya.

“Kau bercandakan, Yoochun-ah.”

“Kau mencintai bajingan itu. Untuk apa aku mempertahankan hubungan, jika orang itu mencintai orang yang paling ku benci di dunia ini. Aku akan mengantarkanmu pulang, Kim Jaejoong,” kata Yoochun dingin. Ia mengemudikan kembali mobilnya dan tak menggubris apapun yang Jaejoong lakukan.

--------

Ibu Jaejoong memasuki kamar putra pertamanya dengan hati yang hancur. Ia telah mendengar lansung dari mulut Yoochun tentang hubungan asrama putra pertamanya dengan anak dari sahabatnya yang sudah ia anggap seperti putra sendiri – Park Yoochun, berahir sampai disini saja. Sungguh, ia menyangkan keputusan Yoochun ini. Mengingat bagaimana pria cassanova itu tidak mudah dalam memperjuangkan Jaejoong. Namun, ia juga tak menyalahkan putranya. Tiga belas tahun hidup bersama, terlebih kebersamaan itu sangat intim, tidak mungkin tidak ada yang terjadi. Ia mengerti perasaan Jaejoong pada Yunho, yang tak pernah disadari oleh Jaejoong sendiri.

“Joongie-ah,” lirih Ibu Yunho. Ia lalu memeluk Jaejoong, yang tertuduk di lantai dengan memeluk boneka beruangnya sambil menangis.

“ Jung Yunho bukan bajingan, Eomma. Dia bukan orang jahat. Dia tidak pernah menyuruhku untuk menyiapkan baju atau memasak untuknya. Joongie sendiri yang ingin melakukannya. Yunho, kasihan dia, Eomma. Dia selalu kesepian. Dia hanya ingin Joongie selalu bersamanya,” tutur Jaejoong. Ia menangis lebih lepas lagi dalam pelukan ibumya.

“Arasseo, Eomma mengerti, Joongie. Eomman mengerti kau mencintai Jung Yunho.”

“Aniyo, Eooma. Jongie hanya kasihan padanya.”

“Kau salah, Joongie. Kau bukan kasihan pada Jung Yunho, tapi kau tidak ingin Yunho menderita dengan kesepiannya. Kau ingin membuatnya bahagia. Kau mencintai Jung Yunho.”

Jaejoong melepas pelukannya. Ia melihat pada ibunya tersebut. Apa benar ia mencintai Yunho? Kenapa Yoochun juga mengatakan seperti yang ibunya katakan barusan?

“Apa kau menderita selama tiga belas tahun ini?” tanya ibu Jaejoong pada Jaejoong.

Perlahan, Jaejoong menggelengkan kepala. Jujur, ia tak merasa mederita hidup bersama Yunho. Meski rasa kesal, dan marah, benci pada Yunho, tak Jaejoong pungkiri terkadang juga menyeruak dalam hatinya. Tertelibih ketika emosi sedang mengendalikan Yunho, sehingga menjadi tega memperlakukannya dengan kasar. Namun itu semua hanya sesaat. Ia selalu ingin menangis ketika mendapati Yunho menangis – mengungkapkan semua yang sedang pria tampan itu rasakan juga hatinya yang selalu kesepian. Dan ia selalu berusaha menyenagkan Yunho agar pria penyuka beruang itu tidak merasa kesepian ketika bersamanya. Ia selalu berusaha membuat Yunho bahagia. Apakah berarti ia mencintai Yunho?

“Eomma…” Jaejoong kembali memeluk ibunya.

“Kehidupanmu dan kebahagiaanmu bukan disini tapi ada bersama Yunho, Joongie.”

“Tidak, Eomma. Aku bahagia disini.”

Ibu Jaejoong melepaskan pelukannya, ia lalu malah menjitak kepala Jaejoong. Ibu Jaejoong tersenyum, saat Jaejoong merengek padanya sambil memegangi kepala.

“Dasar anak bodoh. Disini kau seperti mayat hidup, tidak pernah tersenyum lagi dan selalu murung. Kemana pun kau selalu membawa Jung Yunho dalam isi pikiramu. Kau tidak bisa melepaskan diri darinya, Joongie. Kebahagiaanmu ada bersamanya. Kembalilah ke Korea, jemput  kembali kebahagiaanmu, Sayang.”

“Apa maksud Eomma. Eomma tidak membenci Jung Yunho?” tanya Jaejoong, seolah masih tidak percaya dengan yang di dengarnya. Ia selalu berpikir ibunya tersebut membenci sekali pada Yunho. Masuk akal, setelah apa yang telah Yunho lakukan pada dirinya – Jaejoong. Yang tega memisahkan anak dan ibu dari keluarga Kim.

“Tentu, tentu saja Eomma sangat marah padanya. Dia sudah mengambilmu dari Eomma. Tapi Eomma tidak bisa berbuat apa-apa kalau anak Eomma sendiri yang tidak bisa kehilangan Yunho. Katamu Yunho mencitaimu. Kembalilah ke sisinya. Bantu Yunho mendapatkan kebahagiaannya.” Ibu Yunho berucap dengan menetesnya airmata.

Yeah,  ibu Jaejoong memang tak banyak pilihan. Ia tidak tega melihat pederitaan batin Jaejoong. Ia memang membenci Yunho namun putranya mencintai pria tampan yang ia benci tersebut. Terlebih setelah Jaejoong memberitahu tentang keadaan Yunho yang sebenarnya. Selain mencoba untuk menerima Jung Yunho, ibu Jaejoong tidak ada pilihan yang lain.

“Eomma, aku mencintaimu.”  Dengan girang, Jaejoong memeluk ibunya kembali. Ia benar-benar takjub pada kelapangan hati ibunya yang sangat dalam.

“Bawa Jung Yunho kemari setelah kau berhasil membantu anak itu mendapatkan kebahagiaannya. Katakan padanya kalau dia merindukan kasih sayang seorang eomma, Eomma bersedia menjadi Eomma-nya.”

“Eomma, jeongmal… saranghaeyo,” Jaejoong mengeratkan pelukannya. Tangisan sedihnya berubah menjadi haru. Ia semakin takjub pada ibunya.

------

At  Airport in LA, Amerika

“Sampaikan ucapan terima kasihku pada Park Yoocun,” pesan Jaejoong pada Junsu yang mengantarkannya ke bandara.

Yeah, seperti yang dikatakan ibunya. Hari ini Jaejoong akan kembali ke Korea, kembali kepada kebahagiannya.

“Tentu saja, Hyung.” Junsu tersenyum. Ia sama seperti ibunya, mencoba menerima Yunho sebagai calon kakak iparnya. Meski ia belum dapat selapang ibunya.

“Dan bantu Yoochun mengembalikan perasaannya.” Kali ini Jaejoong yang tersenyum dan Junsu mengerutkan dahi.

“Apa maksudmu, Hyung.”

“Aku tahu kau mencintai Park Yoochun, Su-ie.”

~TBC~





Comments
1 Comments
Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS